Senin, 08 April 2013

Batuan Sedimen

batuan sedimen
I.I Batuan Sedimen
Batuan Sedimen adalah batuan yang paling banyak tersingkap di permukaan bumi, kurang lebih 75 % dari luas permukaan bumi, sedangkan batuan beku dan metamorf hanya tersingkapsekitar 25 % dari luas permukaan bumi. Oleh karena itu, batuan sediment mempunyai arti yang sangat penting, karena sebagian besar aktivitas manusia terdapat di permukaan bumi. Fosil dapat pula dijumpai pada batua sediment dan mempunyaiarti penting dalam menentukan umur batuan dan lingkungan pengendapan.
Batuan Sedimen adalah batuan yang terbentuk karena proses diagnesis dari material batuan lain yang sudah mengalami sedimentasi. Sedimentasi ini meliputi proses pelapukan, erosi, transportasi, dan deposisi. Proses pelapukan yang terjadi dapat berupa pelapukan fisik maupun kimia. Proses erosidan transportasi dilakukan oleh media air dan angin. Proses deposisi dapat terjadi jika energi transport sudah tidak mampu mengangkut partikel tersebut.
II. Proses Pembentukkan Batuan Sedimen
Batuan sedimen terbentuk dari batuan-batuan yang telah ada sebelumnya oleh kekuatan-kekuatan yaitu pelapukan, gaya-gaya air, pengikisan-pengikisan angina angina serta proses litifikasi, diagnesis, dan transportasi, maka batuan ini terendapkan di tempat-tempat yang relatif lebih rendah letaknya, misalnya: di laut, samudera, ataupun danau-danau. Mula-mula sediment merupakan batuan-batuan lunak,akan tetapi karean proses diagnosi sehingga batuan-batuan lunak tadi akan menjadi keras.
Proses diagnesis adalah proses yang menyebabkan perubahan pada sediment selama terpendamkan dan terlitifikasikan, sedangkan litifikasi adalah proses perubahan material sediment menjadi batuan sediment yang kompak. Proses diagnesis ini dapat merupakan kompaksi yaitu pemadatan karena tekanan lapisan di atas atau proses sedimentasi yaitu perekatan bahan-bahan lepas tadi menjadi batuan keras oleh larutan-larutan kimia misalnya larutan kapur atau silisium. Sebagian batuan sedimen terbentuk di dalam samudera. Bebrapa zat ini mengendap secara langsung oleh reaksi-reaksi kimia misalnya garam (CaSO4.nH2O). adapula yang diendapkan dengan pertolongan jasad-jasad, baik tumbuhan maupun hewan.
Batuan endapan yang langsung dibentuk secara kimia ataupun organik mempunyai satu sifat yang sama yaitu pembentukkan dari larutan-larutan. Disamping sedimen-sedimen di atas, adapula sejenis batuan sejenis batuan endapan yang sebagian besar mengandung bahan-bahan tidak larut, misalnya endapan puing pada lereng pegunungan-pegunungan sebagai hasil penghancuran batuan-batuan yang diserang oleh pelapukan, penyinaran matahari, ataupun kikisan angin. Batuan yang demikian disebut eluvium dan alluvium jika dihanyutkan oleh air, sifat utama dari batuan sedimen adalah berlapis-lapisdan pada awalnya diendapkan secara mendatar.
Lapisan-lapisan ini tebalnya berbeda-beda dari beberapa centimeter sampai beberapa meter. Di dekat muara sungai endapan-endapan itu pada umunya tebal, sedang semakin maju ke arah laut endapan-endapan ini akan menjadi tipis(membaji) dan akhirnya hilang. Di dekat pantai, endapan-endapan itu biasanya merupakan butir-butir besar sedangkan ke arah laut kita temukan butir yang lebih halus lagi.ternyata lapisan-lapisan dalam sedimen itu disebabkan oleh beda butir batuan yang diendapkan. Biasanya di dekat pantai akan ditemukan batupasir, lebih ke arah laut batupasir ini berganti dengan batulempung, dan lebih dalam lagi terjadi pembentukkan batugamping(Katili dan Marks).
III.Klasifikasi Batuan Sedimen Klastik
Klasifikasi batuan sedimen klastik yang umum digunakan adalah berdasarkan ukuran butirnya (menurut ukuran butir dari Wenworth), namun akan lebih baik lagi ditambahin mengenai hal-hal lain yang dapat memperjelas keterangan mengenai batuan sedimen yang dimaksud seperti komposisi dan strukturalnya. Misalnya batupasir silang siur, batulempung kerikil, batupasir kwarsa.
Ada klasifikasi lain yang juga dapat digunakan yaitu end members classification,klasifikasi ini dibuat berdasarkan komposisi atau ukuran butir. Penyusun batuan sedimen yang sudah ditentukan lebih dahulu.
Batupasir kwarsa
  • Komposisi didominasi oleh pasir kwarsa dengan demikian berarti transportasinya lebih jauh.
  • Sedikit mengandung chert (rijang)
  • Semennya adalh karbonat dan silica.
  • Kemungkinan mengandung fosil kecil sekali (fosil karbonat), jika ada kemungkinan karena semennya karbonat (gamping)
  • Warnanya agak gelap terang, karena kwarsa berwarna putih.
Greywocke
  • Istilah pertama digunakan di pegunungan Harz (Jerman)
  • Merupakan fragmen batuan (rock fragmen)
  • Berumur : devon-karbon atas, juga tersingkap di Skotlandia yang berumur Paleozoikum bawah.
  • Dengan adanya rock fragmen ini menyatakan bahwa sedimentasi tak normal (pendek), terjadi di daerah tektonik (dekat continental). Oleh karena pada daerah yang mantap, maka ia akan bersosiasi dengan lava bantal (di laut), batuan erupsi dan rijang (chert) (di darat). Rijang mencerminkan laut dalam,kemungkinan juga terdapat di continental slope besar sekali, yang disebut arus turbbidit.
  • Warnanya gelap
  • Pemilahannya jelek, karena transportasi pendek.
  • Bentuk agakmenyudut, karena transportasi jelek.
  • Karena arus turbidit maka struktur yang jelas yaitu graded-bedding
  • Pengendapan syngenetis (bersama-sama dengan proses genetika)
Arkone
  • Yang dominan adalah feldspar
  • Oleh karena yang dominant adalah feldspar maka ia tak tahan lapuk atau tidak stabil
  • Ini menunjukkan bahwa batuan ini terjadi pada keadaan transportasi pendek, kesempatan untuk melapuk kecil, iklim erring,relief tajam (pada daerah yang berelief tajam)
  • Warnanya terang kemerah-merahan
  • Sorting jelek, karena transportasi pendek
  • Kebulatan komponen, agak menyudut, karena transportasi pendek.
Konglomerat
Batuan klastik yang mempunyai fragmen batuan dan matrik,dengan batuan fragmen membundar – sangat membundar, kerikil, kerakal, dan bongkah dapat terdiri bermacam batuan tetapi, kebanyakan biasanya kaya akan mineral kwarsa. Biasanya ruang antara kerikil dengan pasir tersementasi dengan silica, lempung, limonite atau kalsit.
Breccia (breksi)
Adalah jenis batuan sedimen klastik yang menyerupai konglomerat, tetapi kebanyakan fragmen batuannya berbentuk angular sampai meruncing-runcing, ukuran umumnya berkisar dari kerakal sampai berangkal, sering diantara fragmen ini dijumpai ukuran yang lebih kecil yang disebut matrik, fragmen dan matrikpenyusun breksi ini terikat dengan semen yang berupa material karbonatan atau lempungan, dari bentuk fragmen yang meruncing, dapat ditafsirkan bahwa breksi ini diendapkan dengan sumbernya, sehingga tidak terpengaruh suara fisik oleh jarak transportasi hingga ingin mencapai cekungan sedimen ukuran material penyusun breksi lebih besar dari 2 mm.
Batupasir
Batuan sediment klastik yang terdiri dari semen berukuran pasir, massa pasir ini umumnya adalah mineral silika, feldspar atau pasir karbonat, sedang material pengikat atau semen berupabesi oksida, silika lempung atau kalsium karbonat. Dengan adanya perubahan yang besar dalam ukuran butirnya, maka dapt dibedakan ukurannya dari batupasir kasar sampai batulanau. Pada beberapa batuan, dijumpai ukuran butir yang beragam; jadi dapat dikatakan batupasir konglomerat atau batulanau pasiran. Warna pada batupasir, terbentuk sebagian besar oleh variasi butirnya.
Arkose
Adalah jenis dari batupasir dengan jumlah butiran feldspar yang lebih banyak. Kalau komposisi batuan ini terdiri dari kwarsa dan feldspar dapat diikatakan granit, jadi kemungkinan adanya kesalahan tentang arkose sangat kecil. Pada arkose butirnya tidak saling mengunci, butiran membulat dan dipisahkan dengan material semen dengan butiran yang halus.
Batulempung (dapat disebut serpih)
Adalah batuan sediment klastik yang terbentuk dari hasil pengompakan lempung dan lanau, ukuran butirnya halus sehingga batuannya terlihat homogen. Batulempung adalah halus dan umumnya terasa lembut, tetapi beberapa pasir halus atau lanau kasar mungkin membuat terasa griity.
Batulempung umumnya dijumpai pelapisan sedimen. Batuan yang komposisinya sama tetapi mempunyai ketebalan dan lapisan yang berbentuk blok dapat disebut batulumpur, warna dari batulempung dan batulumpur antara ungu, hijau,merah,dan cokelat. Beberapalapisan yang banyak mengndung karbon berwarna hitam.
Batugamping
Yang mungkin saja termasuk kedalam batuan sediment klastik atau kimiawi, umumnya terdiri dari kalsit,beberapa mempunyai imparities atau variasi bagus bahkan keduanya dalam penampakkannya. Beberapa betugamping yang berbentuk butiran halus mungkin terbentuk secara presipitasi kimia dengan batuan banyak atu sedikit organisme kecil, beberapa sedimen pada dasar laut kemungkinan tersingkap di lapisan awal pada formasi batugamping ukuran halus.
Dolostone
Seperti batugamping, juga merupakan batuan sedimen klastik ataun kimiawi yang umumnya tersusun oleh mineral dolomite, CuMg(CO3)2. dolomite kelihatan seperti kalsit,oleh karena itu mengapa dolomite dapat dikatakan sebagai batugamping.

Gallery Batuan Sedimen
Siltstone adalah clastic batuan sedimen yang terbentuk dari lumpur-ukuran (antara 1 / 256 dan 1 / 16 milimeter diameter) pelapukan puing-puing. Spesimen yang ditunjukkan di atas adalah sekitar dua inci (lima sentimeter).
Clastic serpih adalah batuan sedimen yang terdiri dari tanah liat-ukuran (kurang dari 1 / 256 milimeter diameter) pelapukan puing-puing. Biasanya pecah menjadi potongan-potongan tipis datar. Spesimen yang ditunjukkan di atas adalah sekitar dua inci (lima sentimeter).
Clastic batu pasir adalah batuan sedimen terdiri terutama dari ukuran pasir (1 / 16-2 milimeter diameter) pelapukan puing-puing. Lingkungan di mana sejumlah besar pasir dapat mengumpulkan meliputi pantai, gurun, dataran banjir dan delta. Spesimen yang ditunjukkan di atas adalah sekitar dua inci (lima sentimeter)
Batu gamping adalah batu yang terutama terdiri dari kalsium karbonat. Ini dapat terbentuk secara organik dari akumulasi kerang, karang, ganggang dan kotoran puing-puing. Juga dapat membentuk presipitasi kimiawi dari kalsium karbonat dari danau atau air laut. Batu kapur yang digunakan dalam banyak cara. Beberapa yang paling umum adalah: produksi semen, batu hancur dan netralisasi asam. Spesimen yang ditunjukkan di atas adalah sekitar dua inci (lima sentimeter)
Bijih besi adalah batuan sedimen kimia yang terbentuk ketika besi dan oksigen (dan kadang-kadang bahan lain) menggabungkan dalam larutan dan deposito sebagai sedimen. Bijih besi (ditampilkan di atas) adalah endapan yang paling umum mineral bijih besi. Spesimen yang ditunjukkan di atas adalah sekitar dua inci (lima sentimeter).
Rock salt/Halite adalah batuan sedimen kimia yang terbentuk dari penguapan garam laut atau air danau. Hal ini juga dikenal dengan nama mineral “garam karang”. Hal ini jarang ditemukan di permukaan bumi, kecuali di daerah-daerah iklim yang sangat kering. Hal ini sering ditambang untuk digunakan dalam industri kimia atau untuk digunakan sebagai perawatan jalan raya musim dingin. Beberapa garam karang diproses untuk digunakan sebagai bumbu untuk makanan. Spesimen yang ditunjukkan di atas adalah sekitar dua inci (lima sentimeter)
Clastic konglomerat adalah batuan sedimen yang berisi besar (lebih besar kemudian dua milimeter diameter) partikel bulat. Ruang antara kerikil umumnya diisi dengan partikel yang lebih kecil dan / atau semen kimia yang mengikat batu bersama-sama. Spesimen yang ditunjukkan di atas adalah sekitar dua inci (lima sentimeter).
Batubara/Coal adalah batuan sedimen organik yang membentuk tanaman terutama dari puing-puing. Puing pabrik biasanya terakumulasi dalam lingkungan rawa-rawa. Batu bara yang mudah terbakar dan sering ditambang untuk digunakan sebagai bahan bakar. Spesimen yang ditunjukkan di atas adalah sekitar dua inci (lima sentimeter).
Rijang/Chert adalah cryptocrystalline mikrokristalin atau bahan batuan sedimen terdiri dari silikon dioksida (SiO2). Terjadi sebagai nodul dan concretionary massa dan kurang sering sebagai deposit yang berlapis. Rusak dengan konkoidal patah tulang, seringkali menghasilkan tepi yang sangat tajam. Awal orang mengambil keuntungan dari bagaimana certa istirahat dan menggunakannya untuk mode alat pemotong dan senjata. Spesimen yang ditunjukkan di atas adalah sekitar dua inci (lima sentimeter)
Clastic breccia adalah batuan sedimen yang terdiri dari besar (lebih dari dua milimeter diameter) sudut fragmen. Ruang antara fragmen besar bisa diisi dengan matriks partikel yang lebih kecil atau semen mineral yang mengikat batu bersama-sama. Spesimen yang ditunjukkan di atas adalah sekitar dua inci (lima sentimeter).
   
Sumber : http://rezaaprilda.wordpress.com/2012/12/07/batuan-sedimen/

Meteor

Pada keadaan normal, fenomena meteor bukanlah barang yang menakutkan, justru seringkali ditunggu-tunggu orang karena keindahannya. Langit menjadi tampak indah dan dinamis terutama ketika sedang terjadi hujan meteor.

“Dalang” bagi munculnya fenomena Meteor adalah satu benda langit yang bernama Meteorida. Meteorida merupakan benda-benda kecil yang mengelilingi matahari, keberadaannya baru diketahui ketika benda tersebut memasuki atmosfir bumi dan memanas karena gesekan.

Uap bercahaya yang dihasilkan nampak seperti bintang yang bergerak (jatuh) di langit, gejala inilah yang kemudian dikenal sebagai fenomena meteor. Jadi meteor lebih merupakan peristiwa, bukan benda. Tepatnya peristiwa terbakarnya batu-batu dari langit akibat gesekan dengan molekul atmosfer.
Berdasarkan asal-usulnya, meteor dibedakan menjadi tiga jenis, yakni:
  1. Meteorid Asteroidal/keplanetan: Berasal dari pecahan asteroida, orbit elips dengan periode pendek, terjadinya sewaktu-waktu atau sporadis (tidak memiliki pola periode tertentu). Asteroida adalah planet kecil/minor dengan ukuran hanya beberapa km, paling banyak dijumpai antara orbit mars dan jupiter. Jika benda-benda kecil ini terjebak masuk dalam atmosfer bumi, maka benda tersebut akan terbakar (karena bergesekan dengan atmosfir) dan memunculkan fenomena meteor.
  2. Meteorid Kekometan: Berasal dari hancuran komet dengan orbit elips yang sangat pipih dan sering berimpit dengan orbit bekas komet tertentu. Bila bumi memotong orbit kelompok meteorid ini akan terjadi hujan meteor. Hal ini karena jumlah meteorida yang begitu banyak. Meteor jenis ini dapat diprediksi kemunculanya.
  3. Meteorid Parabolis: Benda kecil yang asal mulanya belum diketahui, tetapi masuk anggota tata surya. Orbitnya mungkin terganggu oleh planet lain, sehingga masuk dalam atmosfir bumi, terbakar dan jadilah fenomena meteor.
Sejatinya setiap hari bumi kita selalu dimasuki oleh benda asing dan menyebabkan terjadinya meteor. Namun kebanykan, meteorida tersebut telah hancur menjadi debu sebelum sampai di permukaan bumi. Hal ini karena sejatinya atmosfir kita merupakan perisai yang luar biasa sehingga menyelamatkan bumi dari jatuhnya berbagai benda asing.
Hal ini berbeda dengan bulan, atau planet-planet lain yang tidak beratmosfir, hampir setiap hari “mereka” terkena jatuhan benda asing, maka di bulan banyak ditemui kawah.
Tapi kenapa dalam beberapa hari ini kita disuguhi fenomena meteor yang merusak? Kejadian jatuhnya meteor yang masih dalam bentuk bongkahan batu hingga di permukaan bumi, bukanlah peristiwa aneh. Dalam sejarah astronomi hal  itu sudah biasa terjadi.
Hal ini karena ukuran asteroida yang masuk ke permukaan bumi cukup besar, sehingga atmosfir tidak mampu untuk menghancurkannya secara keseluruhan menjadi debu-debu meteor. Akibatnya, benda asing tersebut jatuh di atas permukaan bumi masih dalam bentuk bongkahan. Peristiwa semacam ini memang memiliki kecendrungan merusak, apalagi jika kejadiannya di daerah pemukiman.
Meteoroid adalah batuan-batuan kecil yang sangat banyak dan melayang-layang di angkasa luar. Batuan-batuan ini banyak mengandung unsur besi dan nikel.

Meteor adalah Batuan-batuan atau benda langit yang bergesekan dengan atmosfer bumi dan habis terbakar sebelum sampai di permukaan bumi

Meteorit adalah batuan-batuan yang tidak habis terbakar dan sampai di permukaan bumi
Batuan-batuan ini masuk ke atmosfer bumi karena pengaruh gravitasi bumi. Gesekan dengan atmosfer bumi menghasilkan panas yang membakar batuan-batuan itu dalam perjalanan ke bumi. Nah begitu perbedaannya, mudah-mudahan penggunaan istilah ataupun penulisanpun tidak keliru.
Berikut gambar menarik perjalanan Meteor yang menabrak  sebuah gedung !

Transisi 1 sampai 3 : Meteor mengarah ke sebuah gedung tinggi di suatu kota tentunya dengan kecepatan yang luar biasa dan suhu yang sangat tinggi.
Transisi 4 sampai 7 : Meteor menabrak gedung dengan hebatnya. Naah kalau ada sisa batuan dari meteor yang jatuh/menabrak gedung tersebut dinamakan Meteorit

Sumber : http://shobru.wordpress.com/sains/meteor-apa-dan-bagaimana/
         http://adiwarsito.wordpress.com/2010/05/02/apa-ya-beda-meteorid-meteor-dan-meteorit/

Rabu, 03 April 2013

Jenis - jenis Awan

Jika langit sedang cerah, kita bisa melihat awan di langit. Awan tersebut terlihat seperti kapas-kapas yang sedang terbang di langit. Jika langit sedang cerah, maka awan akan terlihat berwarna putih. Sering kali kita lihat awan putih dengan berbagai bentuk. Kadang-kadang bergumpal-gumpal, kadang tersebar tipis, berbentuk seperti sisik ikan, atau bergaris-garis seperti serat. Sebentar terlihat bergumpal, tak lama kemudian berubah bentuk, bertebaran dibawa angin.

Memang, bentuk awan selalu berubah-ubah mengikuti keadaan cuaca. Sering kali awan berbentuk indah bagaikan lukisan di langit. Lihatlah di puncak gunung yang tinggi, akan terlihat awan yang memayungi gunung itu. Sungguh indah bukan ? Itulah salah satu dari kekuasaan Tuhan yang telah menciptakan langit dan bumi beserta isinya ini. Lalu, kira-kira bagaimana ya awan itu terbentuk ?

Diawali dari turunnya hujan, kemudian sinar/cahaya Matahari yang sampai di permukaan bumi, lantas diserap bumi, tumbuhan, tanah, sungai, danau dan laut, sehingga menyebabkan air menguap. Uap air naik ke udara atau atmosfer.

Uap air naik semakin lama semakin tinggi karena tekanan udara di dekat permukaan bumi lebih besar dibandingkan di atmosfer bagian atas. Semakin ke atas, suhu atmosfer juga semakin dingin, maka uap air mengembun pada debu-debu atmosfer, membentuk titik air yang sangat halus berukuran 2 - 100 mm (1 mm = 1 / 1.000.000 meter). Tanpa adanya debu atmosfer, yang disebut aerosol, pengembunan tidak mudah terjadi. Miliaran titik-titik air tersebut kemudian berkumpul membentuk awan.


Seorang ahli -Gibbs (1987)- mengatakan yang dimaksud dengan iklim adalah keadaan atmosfer yang meliputi suhu, tekanan, angin, kelembaban dan berbagai fenomena hujan, yang terjadi disuatu daerah selama kurun waktu yang panjang. Keadaan atmosfer tersebut ditentukan adanya proses penguapan air yang terangkat keatas dan pada ketinggian tertentu terdinginkan dan membentuk butiran air (hujan) dan bila ukuran butir air ini bertambah besar secara visual terlihat sebagai awan.

Salah satu cara untuk menetapkan ramalan/prakiraan iklim/cuaca, dapat dilakukan dengan membaca gejala alam yaitu dengan melihat jenis awan yang nampak, apakah awan tersebut mengandung hujan lebat, petir, kilat, atau bahkan berpotensi terjadi badai, cuaca buruk dan turbulensi yang sangat besar.

Ada 10 jenis awan utama yaitu cirrus (Ci), Cirrocumulus (Cc), Cirrostratus (Cs), Altocumulus (Ac), Altostratus (As), Stratus (St), Stratocumulus (Sc), Cumulus (Cu), Nimbostratus (Ns), Cumulonimbus (Cb). Ciri dan sifat dari jenis-jenis awan tersebut sebagai berikut:

  1. Cirrus (Ci), awan terlihat halus dan lembut seperti bulu2, berwarna putih. Ketinggian umumnya lebih dari 5.000 meter. Terdiri dari kristal es, suhu sangat dingin, walaupun pada musim panas atau kering.

  2. Cirrocumulus (Cc), mengandung butiran air super-dingin, bercampur dengan kristal es. Butiran air cepat membeku. Awan ini berumur sangat singkat, cepat berubah menjadi cirrostratus. Mengandung hujan yang tidak sampai ke permukaan bumi (virga),  bercampur salju.


  3. Cirrostratus (Cs), gugusan kristal es, menyebar dan menutupi sebagian atau seluruh langit. Menyerupai selaput tipis tembus cahaya. Sering terbentuk cincin atau halo di sekeliling matahari atau bulan. Kadang-kadang terjadi hujan yang tidak sampai ke permukaan bumi (virga), seolah-olah cerah di permukaan.



  • Altocumulus (Ac), puncak awan putih bergulung, dengan dasar awan lebih gelap dan umumnya melebar. Seperti pecahan atau halus, ketebalan beragam. Menggambarkan udara cerah, namun bisa berkembang menjadi awan hujan lainnya, bahkan cumulonimbus. Lapisan awan lenticularis dapat terbentuk di atas pegunungan, atau angin kencang pada siang hari, massa udara stabil dan kering.


     
  • Altostratus (As), awan seperti lembaran halus berwarna abu-abu gelap. Dapat menghasilkan hujan gerimis, hujan ringan hingga sedang. Umumnya terbentuk sepanjang sore hari, diikuti hujan pada senja atau malam hari.  Dalam kondisi tertentu dapat berkembang awan altostratus lenticularis, akibat angin kencang, dan tidak menghasilkan hujan.     



  • Stratus (St), awan terpecah-pecah dan tipis, dapat berbentuk lembaran atau lapisan. Tidak tumbuh vertikal. Berkembang pada kondisi dimana aliran angin mengakibatkan udara terkondensasi pada lapisan atmosfer bawah. Kadang-kadang terlihat sebagai kabut. Bila tumbuh terus, dapat berkembang menjadi awan badai nimbostratus.
  •  



  • Stratocumulus (Sc), awan rendah yang umumnya bergerak lebih cepat dari cumulus. Cenderung lebih mengembang ke arah horisontal daripada arah vertikal. Dasar awan umumnya lebih gelap daripada puncak awan, namun ciri-cirinya dapat lebih beragam. Dapat terlihat seperti lembaran rendah yang lebar, atau berbentuk rekahan dimana cahaya matahari terlihat melalui rekahan tersebut.
  •  



  • Cumulus (Cu), adalah awan yang mengandung kristal es. Terlihat seperti serabut atau buntut kuda berwarna putih. Terlihat pada posisi yang sangat tinggi, umumnya lebih dari 5.000 meter dimana suhu sangat dingin, walaupun pada musim panas atau kering.
  •  



  • Nimbostratus (Ns), berwarna gelap, visibility rendah, langit tertutup awan, dan sinar matahari terhalang. Umumnya disertai cuaca buruk. Hujan turun dengan intensitas rendah hingga sedang, untuk waktu yang lama.
  •  



  • Cumulonimbus (Cb), awan cumulus yang tumbuh vertikal ketika cuaca terik. Mengandung hujan lebat, petir, kilat, kadang-kadang terkait dengan badai dan cuaca buruk. Turbulensi sangat besar.
  •  

    Sumber :  http://blog-ter-update.blogspot.com/2013/01/mengenal-jenis-jenis-awan.html
                    http://memantau.blogspot.com/2012/05/proses-terbentuknya-awan-dan-jenis.html
                    http://kamusmeteorology.blogspot.com/2012/03/jenis-jenis-awan-dan-gambarnya.html

    Selasa, 02 April 2013

    Sabuk Asteroid di Vega

     Di Tata Surya kita mengenal keberadaan Sabuk Asteroid di antara Mars dan Jupiter juga sabuk Kuiper yang beranggotakan obyek batuan dan es di area luar planet Neptunus.

    Ketika penemuan planet di bintang lain semakin banyak, ada pertanyaan lain yang muncul apakah keberadaan sabuk asteroid seperti yang ada di Tata Surya juga ada di sistem bintang lainnya? Tahun 2006, saya melakukan simulasi menggunakan Stargen dan menemukan kalau sistem serupa Tata Surya dan juga keberadaan sabuk asteroid cukup umum ditemui di sistem bintang lainnya. Meskipun sebagian besar ditemukan di area terluar sistem seperti halnya Sabuk Kuiper.

    Di tahun 2008, pengamatan pada Epsilon Eridani menemukan keberadaan dua buah sabuk serupa sabuk asteroid di sistem bintang tersebut. Salah satunya bahkan dikategorikan sama dengan sabuk asteroid di antara Mars dan Jupiter.

    Setelah Epsilon Eridani, tampaknya sabuk asteroid juga ditemukan bintang terang kedua di langit utara yakni bintang Vega yang berada di rasi Lyra. Vega atau alfa Lyra merupakan bintang paling terang di rasi tersebut.  Penemuan sabuk asteroid di Vega disampaikan dalam pertemuan American Astronomical Societies yang ke  221 di Long Beach oleh Kate Su dari Steward Observatory di University of Arizona, Tucson yang merupakan pimpinan peneliti dalam pencarian Sabuk Asteroid di Vega.

    Ilustrasi sabuk asteroid di sekeliling Vega. Kredit : NASA/JPL-Caltech
    Ilustrasi sabuk asteroid di sekeliling Vega. Kredit : NASA/JPL-Caltech

    Sabuk Asteroid
    Data pengamatan Teleskop Spitzer milik NASA dan Teleskop Herschel milik ESA menunjukkan keberadaan sabuk asteroid yang lebar di sekeliling bintang Vega. Keberadaan sabuk asteroid di Vega mirip dengan yang ditemukan di Fomalhaut. Data menunjukkan keberadaan sabuk dalam dan luar di Vega yang dipisah oleh sebuah gap. Sabuk dalam merupakan sabuk yang hangat sedang sbauk terluar merupakan sabuk dingin. Arsitektur yang sama juga bisa kita lihat di Tata Surya dalam bentuk Sabuk Asteroid dan Sabuk Kuiper

    Bagian dalam sabuk ini hangat sedang bagian terluarnya dingin dan dipisahkan oleh sebuah gap di antara bagian terdalam dan terluar. Arsitektur yang sama juga ditemukan pada Sabuk Asteroid dan Sabuk Kuiper di Tata Surya.

    Pertanyaannya, apa yang mempertahankan keberadaan sabuk tersebut di Vega dan Fomalhaut? Kemungkinan terbesar adalah keberadaan multi planet di bintang tersebut. Di Tata Surya sabuk asteroid di antara Mars dan Jupiter bisa dipertahankan keberadaannya oleh gravitasi antara planet kebumian Mars dan planet gas raksasa Jupiter sedangkan Sabuk Kuiper dijaga oleh planet gas raksasa di dekatnya.

    Perbandingan sabuk di Vega dan Tata Surya. Kredit : NASA/JPL-Caltech
    Perbandingan sabuk di Vega dan Tata Surya. Kredit : NASA/JPL-Caltech

    Sistem Multi Planet
    Penemuan sabuk asteroid di Vega dan Fomalhaut di awal tahun 2013 menjadi bukti keberadaan sistem multi planet sebagai sistem yang umum di bintang lain.  Ada kemiripan antara Vega dan Fomalhaut yakni keduanya memiliki massa dua kali massa Matahari dan tampak kebiruan dalam cahaya tampak.

    Keduanya juga berada cukup dekat pada kisaran jarak 25 tahun cahaya dengan usia lebih dari 400 juta tahun. Vega diperkirakan akan mendekati ulang tahunnya yang ke 600 juta tahun. Bintang Fomalhaut memiliki sebuah planet yang berada di tepi dalam sabuk kometnya.

    Teleskop Spitzer dan Herschel mendeteksi cahaya infra merah yang di pancarkan oleh debu yang hangat dan dingin di pita diskret yang ada disekeliling Vega dan Fomalhaut. Data inilah yang membawa para astronom untuk menemukan sabuk asteroid di Vega sekaligus mengkonfirmasi keberadaan sabuk lainnya di sekeliling kedua bintang. Sabuk di sekitar kedua bintang diisi oleh debu serpihan tabrakan komet. Untuk sabuk dalam di kedua sistem tidak tampak dalam cahaya tampak sebagai akibat binar terang cahaya bintang.

    Sabuk dalam dan luar di kedua bintang memiliki materi yang lebih banyak dibanding sabuk asteroid dan sabuk kuiper. Tidak mengherankan karena kedua sistem yang lebih muda dari Tata Surya dan masih membutuhkan beberapa ratus juta tahun lagi untuk membersihkan areanya. Sistem di kedua bintang terbentuk dari awan gas dan debu yang lebih masif dibanding awan gas dan debu pembentuk Tata Surya.

    Kemiripan lain juga tampak pada jarak kedua sabuk di kedua bintang yang proporsional dengan jarak antara sabuk asteroid dan sabuk kuiper di Tata Surya dengan perbandingan 1:10. Sabuk terluar berada pada jarak 10 kali lebih jauh dibanding jarak sabuk dalam.

    Gap atau kesenjangan yang besar di antara kedua sabuk tampaknya bisa dijawab dengan keberadaan beberapa planet yang belum terdeteksi.  Sebesar apakah planet itu memang tidak diketahui. Akan tetapi planet yang ada tentunya punya kemampuan untuk membersihkan area di antara kedua sabuk. Bisa saja planet di gap tersebut seukuran Jupiter atau lebih kecil.

    Sebagai pembanding, tinjau sistem bintang HR 8799 yang memiliki empat buah planet yang menyapu bersih area di antara puing-puing debu.

    Yang pasti, gap di antara sabuk dalam dan luar memang mengindikasikan keberadaan multi planet yang mengorbit Vega dan Fomalhaut. Dan jika memang ada planet di sana tentunya ia tidak akan tersembunyi selamanya dari mata yang memandang dari Bumi. Salah satu instrumentasi yang akan bisa menyingkap misteri itu adalah James Webb Telescope yang kelak akan bertugas di angkasa.

    Sumber : http://langitselatan.com/2013/01/09/sabuk-asteroid-di-vega/

    Planet Jupiter




    Planet Jupiter atau Yupiter ialah planet terbesar dalam gugusan planet pada tata surya. Merupakan planet terdekat yang kelima dari Matahari, setelah Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars. Nama Jupiter sendiri berasal dari sebutan astronomi purba yang merupakan nama raja para Dewa Romawi kuno.

    Diameter planet Jupiter yang termasuk dalam kelompok planet besar (major planets, diantaranya : Saturnus, Uranus, dan Neptunus) ini, yaitu sepanjang 142.984 kilometer, lebih dari 11 kali lipat panjang diameter planet Bumi, dan sekitar 1/10 panjangnya diameter yang dimiliki oleh bintang Matahari.

    Dengan jarak rata-rata terhadap Matahari sejauh 778,57 juta kilometer, lebih jauh lima kali dari planet Bumi. Mengelilingi Matahari (revolusi) pada orbit sedikit elips (oval) dalam waktu 11,9 tahun (nyaris 12 tahun), yaitu sepadan dengan 4.333 hari bumi. Rotasi planet Jupiter pada porosnya lebih kecil dari Bumi dan Mars, yakni 9 jam 56 menit.

    Layaknya Bumi dan Mars, planet Jupiter pun memiliki Atmosfer yang sebagian besar mengandung hidrogen (H) dan helium (He), selain unsur gas lain yang lebih kecil jumlahnya. Mempunyai 16 satelit alami dengan diameter paling kecil sepanjang 10 kilometer.

    4 satelit yang terbesarnya, yaitu Io, Europa, Ganymede, dan Callisto. Keempat bulan ini disebut satelit Galilea, karena ditemukan oleh pakar astronomi dunia asal Italia Galileo Galilei, lewat teleskop refraktor pertama kali ciptaannya, pada tahun 1610.


    Struktur Dalam


    Planet yang berdiameter sepanjang 142.984 kilometer ini, memiliki massa yang terberat dari planet lain di tata surya, yaitu 318 kali lebih berat dari Bumi. Meski sangat berat, namun kepadatannya relatif rendah, yakni 1,33 g/cm³, lebih kecil 1/5 dari kepadatan bumi yang sebesar 5,98 g/cm³.

    Pada permukaan planet ini terdapat bintik merah raksasa. Oleh sebab itulah, para astronom meyakini, unsur utama planet Jupiter menyerupai Matahari, terdiri dari hidrogen dan helium, yang merupakan unsur teringan.

    Planet Jupiter memiliki inti yang terdiri dari unsur-unsur berat. Kemungkinan komposisi kimianya hampir menyerupai yang dimiliki oleh Bumi, namun 20 atau 30 kali lebih besarnya.

    Di dekat pusat planet Jupiter, memiliki suhu yang jauh lebih tinggi. Suhu pada intinya mungkin bisa mencapai sekitar 24.000°C, artinya pada inti planetnya, lebih panas dari permukaan Matahari.

    Jupiter masih kehilangan panas yang dihasilkan, ketika menjadi sebuah planet. Kebanyakan astronom percaya, bahwa matahari, planet, dan semua benda-benda lain yang ada di dalam tata surya, terbentuk dari awan berputar, yang terdiri dari gas dan debu.

    Adanya gaya gravitasi partikel gas dan debu yang dikemas secara bersama-sama ke dalam awan padat dan serpihan material padat. Sekitar 4,6 miliar tahun lalu, material itu diperas bersama untuk membentuk berbagai macam benda di dalam tata surya.

    Kompresi material yang dihasilkan sangat panas. Begitu banyaknya panas yang dihasilkan ketika membentuk sebuah planet Jupiter. Dan Jupiter sendiri dalam hal ini, masih memancarkan sekitar dua kali lebih banyak panasnya ke angkasa, yang diterimanya dari pancaran energi sinar Matahari.

    Bagian Luar


    Planet Jupiter biasanya menjadi objek tercerah keempat di langit, setelah Matahari, Bulan, dan Venus. Namun, pada saat-saat tertentu, Mars yang terlihat lebih cerah daripada Jupiter.

    Gaya gravitasi di permukaan planet Jupiter mencapai 2,4 kali lebih kuat daripada gravitasi di Bumi. Dengan demikian, objek yang beratnya 100 kg di Bumi, akan menjadi lebih berat sebesar 240 kg di Jupiter.

    Suasana planet Jupiter, kandungan utamanya adalah unsur-unsur teringan, yaitu 86% hidrogen (H) dan 14% helium (He). Persentasi hidrogen ini, berdasarkan pada jumlah molekul hidrogen pada atmosfer, bukan pada jumlah massa mereka.

    Dan sejumlah kecil unsur-unsur lainnya, yaitu metana, amonia, phosphin, asetilena, etana, germanium, karbon monoksida, dan air. Para ilmuwan menghitung jumlah tersebut dari pengukuran yang diambil lewat teleskop dan instrumen lainnya di Bumi dan pesawat ruang angkasa.

    Unsur-unsur itulah yang membentuk lapisan awan warna-warni awan pada batas ketinggian yang berbeda. Awan-awan putih pada zona yang tertinggi, terbuat dari kristal amonia yang membeku. Awan dibawahnya lebih gelap, berasal dari bahan kimia lain yang terjadi pada sabuk. Dan di tingkat terendahnya yang dapat dilihat, terdapat awan biru.

    Para astronom berharap, dapat menemukan awan yang mengandung air sekitar 70 km dibawah awan amonia. Namun, hal tersebut tidak ditemukan, pada tingkatan awan manapun.


    Bagian yang paling menonjol pada permukaan Jupiter adalah Great Red Spot, massa gas disana berputar membuat bentuk menyerupai badai. Diameter terluas dari tempat ini sekitar tiga kali lipat dari Bumi. Warna spot ini biasanya bervariasi, dari yang berwarna merah bata (Orange), sampai sedikit kecoklat-coklatan.

    Jarang terjadi tempat ini memudar sepenuhnya. Warna yang dihasilkannya, mungkin disebabkan oleh sejumlah kecil sulfur dan fosfor yang terdapat di dalam kristal amonia.

    Bagian tepi Great Red Spot, bersirkulasi pada kecepatan sekitar 360 kilometer per jam. Spot tetap berada pada jarak yang sama dari garis khatulistiwa, tapi bergerak hanyut perlahan menuju timur dan barat. Zona, sabuk, dan Great Red Spot, jauh lebih stabil, daripada sistem sirkulasi serupa yang ada di Bumi.

    Suhu pada bagian atas awan Jupiter adalah sekitar -145°C. Suhu akan mencapai 21°C "ruang suhu", pada tingkatan dimana tekanan atmosfernya sekitar 10 kali lebih besar daripada Bumi.

    Para ilmuwan berspekulasi, bahwa jika Jupiter memiliki kehidupan, maka kehidupan itu akan berada pada tingkatan ini. Kehidupan memerlukan udara, karena tidak ada permukaan padat di Jupiter.

    Seperti halnya bumi dan planet-planet lain, Jupiter memiliki sebuah magnet raksasa. Kekuatan magnet yang meluas jauh ke angkasa di wilayah sekitar planet, yang disebut dengan medan magnet.


    Medan magnet Jupiter, 14 kali lebih kuat dari Bumi. Yang terkuat dalam tata surya, kecuali dalam hal yang berhubungan dengan bintik Matahari serta daerah-daerah kecil lainnya pada permukaan Matahari.

    Medan magnet Jupiter terperangkap dalam elektron, proton, dan partikel bermuatan listrik lainnya dalam sabuk radiasi disekitar planet ini. Begitu kuatnya partikel ini, sehingga dapat merusak instrumen operasi pesawat ruang angkasa yang berada dekat dengan planet ini.

    Dalam sebuah ruang yang disebut magnetosfer, medan magnet Jupiter berfungsi sebagai sebagai perisai. Melindunginya dari angin Matahari, aliran yang bermuatan partikel yang terus menerus dari Matahari. Sebagian besar partikel, elektron, dan proton bepergian pada kecepatan sekitar 500 kilometer per detik.

    Partikel yang bermuatan, terperangkap dalam sabuk radiasi, dan memasuki magnetosfer di dekat kutub medan magnet. Pada jaraknya yang terjauh dari matahari, magnetosfer membentang keluar menjadi ekor magnetik yang sangat besar, yaitu sejauh ± 700 juta kilometer.

    Gelombang radio dari Jupiter, mencapai teleskop radio Bumi dalam dua bentuk, yaitu semburan energi radio dan radiasi terus-menerus. Semburan kuat terjadi, saat Io, yang merupakan satelit terdekat dari empat bulan Jupiter yang besar lainnya, melewati daerah-daerah tertentu di medan magnet planet ini.

    Radiasi terjadi terus-menerus yang berasal dari permukaan Jupiter, serta dari energi partikel tinggi pada sabuk radiasinya.

    Satelit


    Jupiter memiliki 16 satelit (menurut NASA, menurut Wikipedia 63 satelit, gak tahu dech mana yang bener???) yang ukuran diameter terkecilnya, ialah 10 kilometer. Empat satelit terbesarnya disebut satelit Galilea, adalah Io, Europa, Ganymede, dan Callisto, yang menampakkan kemiripannya dengan planet kebumian, seperti gunung berapi dan inti yang panas.

    Ganymede, yang merupakan satelit terbesar di tata surya, berukuran lebih besar dari planet Merkurius, diameternya 5.268 km. Callisto, berdiameter 4.806 km, sedikit lebih kecil dari Merkurius. Keduanya terdiri dari es dan beberapa material batuan, serta memiliki banyak kawah.


    Io memiliki banyak gunung berapi aktif, yang menghasilkan gas yang mengandung belerang, diameternya sebesar 3.930 km. Permukaan kuning-oranye dari Io, kemungkinan sebagian besar terdiri dari belerang padat yang diendapkan oleh letusan. Europa memiliki peringkat terkecil dari satelit Galilea, dengan diameter 3.130 km, memiliki retak halus dan permukaan es.

    Satelit Jupiter lainnya yang jauh lebih kecil dari bulan Galilea, yaitu Amalthea dan Himalia, yang merupakan urutan terbesar berikutnya. Amalthea berbentuk seperti kentang, sekitar 262 kilometer dalam dimensi panjang. Himalia 170 kilometer diameternya.

    Satelit sisanya ditemukan oleh para astronom menggunakan teleskop besar Bumi. Mereka menemukan Metis dan Adrastea pada tahun 1979, dengan mempelajari gambar-gambar yang telah diambil oleh pesawat ruang angkasa Voyager.

    Planet Jupitter memiliki tiga cincin tipis di sekitar khatulistiwanya. Lebih redup daripada cincin Saturnus. Cincin Jupiter sebagian besar tampaknya terdiri dari partikel-partikel debu halus.

    Cincin utamanya, tebalnya sekitar ± 30 km, dan lebarnya lebih dari 6.400 kilometer. Lingkaran cincin planet Jupiter ini, berada dalam orbit Amalthea.


    Ciri-Ciri


    Ciri-ciri umum Planet Jupiter adalah, sbb :

    1. Nama Planet : Jupiter
    2. Kala Rotasi : 9,56 Jam
    3. Kala Revolusi : 11,9 Tahun
    4. Atmosfer : Hidrogen, Helium, Metana, Amonia, Phosphin, Asetilena, Etana, Germanium, Karbon Monoksida, Air
    5. Satelit Alam : 16 atau 63 Satelit, Diantaranya : Ganymede, Callisto, Io, Europa, Amalthea, Himalia, Metis, Adrastea
    6. Jarak Ke Matahari : 778,57 Juta Km
    7. Diameter Planet : 142.984 Km
    8. Warna Planet : Orange Kecoklat-coklatan

    Sumber : http://www.apasih.com/2010/11/mengenal-planet-jupiter.html

    Senin, 01 April 2013

    Planet Venus



    Pengertian

    Venus adalah planet terdekat kedua dari matahari setelah planet Merkurius. Planet ini memiliki radius 6.052 km dan berevolusi dalam waktu 224,7 hari. Dan berotasi selama 249,0 hari. Planet ini tidak memiliki satelit alam seperti planet merkurius. Ukuran planet ini hampir sama dengan bumi jugu planet ini adalah yang paling dekat dengan bumi. Diameter venus adalah 108,2 Juta Km.

    Seperti halnya merkurius planet ini juga dapat dilihat dengan mata telanjang, venus biasanya terlihat di sebelah timur sebelum matahari terbit, sehingga venus di sebut bintang timur atau bintang pagi. Kadang-kadang juga venus terlihat di sebelah barat sebelum matahari terbenam, sehingga venus dinamakan bintang senja, bintang barat, atau bintang kejora.

    Arah rotasi Venus berlawanan dengan arah rotasi planet-planet lain yang ada di tatasurya kita ini. Selain itu, jangka waktu rotasi Venus lebih lama daripada jangka waktu revolusinya dalam mengelilingi matahari.

    Bagian Luar Planet Venus

    Planet venus sering di tutupi awan padat. Atmosfer venus terdiri dari Karbondioksida dan nitrogen. Temperatur permukaan venus sangat tinggi, yaitu 480°C, sehingga tidak mungkin ada air dalam wujud cair.



    Kandungan atmosfernya yang pekat dengan CO2 menyebabkan suhu permukaannya sangat tinggi akibat efek rumah kaca. Atmosfer Venus tebal dan selalu diselubungi oleh awan. Pakar astrobiologi berspekulasi bahwa pada lapisan awan Venus termobakteri tertentu masih dapat melangsungkan kehidupan.

    Ciri-Ciri



    NOJENISHASIL
    1Nama PlanetVenus
    2Kala Rotasi244,0 Hari
    3Kala Revolusi224,7 Hari
    4AtmosferKarbon Dioksida (CO2), Nitrogen
    5Satelit Alam-
    6Jarak Di Matahari108,2 Juta km
    7Diameter Planet12.140 km
    8Warna PlanetCoklat Keputihan

    Cincin Planet

    Tidak memiliki, karena planet ini terdapat di bagian planet dalam, yang memiliki cincin adalah planet bagian luar seperti (jupiter, saturnus, uranus, neptunus)

    Sumber : http://indra-tatasurya.blogspot.com/2009/03/planet-venus.html

    Lapisan Atmosfer Bumi


    1. Troposfer



    Apakah anda tau apa itu troposfer ? Troposfer adalah lapisan atmosfer paling bawah dengan ketinggian 8 km di daerah kutub dan 18 km di daerah khatulistiwa. Di lapisan ini setiap 100 m temperaturnya turun 0,5oC (derajat celcius). Dan keadaan temperaturnya pada batas lapisan ini mencapai -57oC sampai -62oC. Batas (mintakat) yang menandai berakhirnya penurunan suhu disebut tropopause.

    2. Stratosfer
    Stratosfer terletak di atas troposphere sampai ketinggian 50 km, Stratosfer lebih tebal di daerah kutub dan kadang-kadang tidak terdapat di khatulistiwa. Di lapisan ini konsentrasi ozon ( O3) paling besar, yaitu di di dekat batas terluar lapisan. Seperti yang kita ketahui lapisan ozon berfungsi sebagai pelindung bumi dari pancaran sinar ultra violet berlebih dari matahari . Dan seperti yang kita sudah ketahui lapisan ozon saat ini berlubang diakibatkan karna pemanasan global oleh tangan-tangan manusia yang berusaha mengambil kentungan pribadi dari alam. Temperat pada lapisan ini naik 55oC . Penanda akhir dari lapisan ini adalah stratopause


    3. Mesosfer
    Mesosfer terletak di atas stratosfer pada ketinggian 50-75 km. Temperatur di lapisan ini mula-mula naik, tetapi kemudian turun dan mencapai -72oC di ketinggian 75 km. Penurunan suhu di lapisan ini adalah setiap naik 100 m temperatur turun 0,4oC. Di lapisan ini sebagian meteorid terbakar, di lapisan ini juga terdapat Radiosonde . Batas yang menandakan berakhirnya lapisan ini adalah mesopause.

    4. Termosfer

    Termosfer terletak di atas mesosfer dengan ketinggian sekitar 75 km sampai pada ketinggian sekitar 650 km. Temperatur di lapisan ini kembali naik hingga sekitar 1.010oC. Lapisan paling bawah di termosfer adalah ionosfer. Kenapa ionosfer bukan termasuk ke lapisan atmosfer ? Karena ionosfer adalah bagian atmosfer yang terionisasi matahari. Lapisan atmosfer ini dibagi berdasarkan suhu arah vertikal sedangkan, ionosfer tidak terdapat didalamnya. Ionosfer ini memiliki ketinggian 75-375 km. Di dalam ionosfer gas-gas mengalami ionisasi. Di lapisan ini juga sering terlihat Aurora.

    5. Eksosfer


    Eksosfer terletak di atas lapisan termosfer dan merupakan lapisan paling atas dari atmosfer sampai pada ketinggian yang tidak diketahui. Oleh karena itu, tidak ada batas yang jelas antara eksosfer dan luar angkasa.

    Berikut spesifikasi dari lapisan atmosfer :

    disini kita bisa melihat peran lapisan atmosfer yaitu memantulkan gelombang elektronegatif untuk nanti diproses kembali oleh manusia dengan bantuan telepon genggam dan alat-alat elektronik lainnya

    disini kita bisa melihat bagian-bagian lapisan atmosfer yang masih bisa diduduki oleh manusia




    Sumber : http://lintaszonabaca.blogspot.com/2011/04/macam-macam-lapisan-atmosfer.html


    Klasifikasi Iklim

    A.Iklim Matahari
    Pembagian iklim matahari didasarkan pada banyak sedikitnya sinar matahari atau berdasarkan letak dan kedudukan matahari terhadap permukaan bumi.
    Kedudukan matahari dalam setahun adalah:
    1. Matahari beredar pada garis khatulistiwa (garis lintang 0º) tanggal 21 Maret
    2. Matahari beredar pada garis balik utara (23,5º LU) tanggal 21 Juni
    3. Matahari beredar pada garis khatulistiwa (garis lintang 0º) tanggal 23 September
    4. Matahari beredar pada garis balik selatan (23,5º LS) tanggal 22 Desember
    Pembagian daerah iklim matahari berdasarkan letak lintang adalah sebagai berikut.
    1. Daerah iklim tropis
    Iklim Tropis terletak antara 0° - 23½° LU dan 0° - 23½° LS. Ciri – ciri iklim tropis adalah sebagai berikut :
      • Suhu udara rata – rata tinggi, karena matahari selalu vertikal. Umumnya suhu udara antara 20° - 23° C. Bahkan dibeberapa tempat suhu tahunannya mencapai 30°C.
      • Amplitudo suhu rata – rata tahunan kecil. Di khatulistiwa antara 1° - 5° C, sedangkan amplitudo hariannya besar.
      • Tekanan udara lebih rendah dan perubahannya secara perlahan dan beraturan.
      • Hujan banyak dan umumnya lebih banyak dari daerah lain di dunia.
    2.      Daerah iklim subtropis
    Iklim subtropis terletak antara 23½° - 40° LU dan 23½° - 40° LS. Daerah ini merupakan peralihan antara iklim tropis dan iklim sedang. Ciri – ciri iklim subtropis adalah sebagai berikut:
    o    Batas yang tegas tidak dapat ditentukan dan merupakan daerah peralihan dari daerah iklim tropis dan iklim sedang.
    o    Terdapat empat musim, yaitu musim semi, musim panas, musim gugur, dan musin dingin. Tetapi pada iklim ini musim panas tidak terlalu panas dan musim dingin tidak terlalu dingin.
    o    Suhu sepanjang tahun tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin.
    o    Daerah subtropis yang musim hujannya jatuh pada musim dingin dan musim panasnya kering disebut daerah Iklim Mediterania. Jika hujan jatuh pada musim panas dan musim dinginnya kering disebut Daerah Iklim Tiongkok.
    3.      Daerah iklim sedang
    Iklim sedang terletak antara 40° - 66½° LU dan 40° - 66½° LS. Ciri – ciri iklim sedang adalah sebagai berikut :
    o    Banyak terdapat gerakan – gerakan udara siklonal, tekanan udara yang sering berubah – ubah, arah angin yang bertiup berubah – ubah tidak menentu, dan sering terjadi badai secara tiba – tiba.
    o    Amplitudo suhu tahunan lebih besar dan amplitudo suhu harian lebih kecil dibandingkan dengan yang terdapat pada daerah iklim tropis.
    4.      Daerah iklim dingin
    Iklim dingin terdapat di daerah kutub. Oleh sebab itu iklim ini disebut pula sebagai iklim kutub. Iklim dingin dapat dibagi dua, yaitu iklim tundra dan iklim es.
    Ciri – ciri iklim tundra adalah sebagai berikut :
    o    Musim dingin berlangsung lama
    o    Musim panas yang sejuk berlangsung singkat.
    o    Udaranya kering.
    o    Tanahnya selalu membeku sepanjang tahun.
    o    Di musim dingin tanah ditutupi es dan salju.
    o    Di musim panas banyak terbentuk rawa yang luas akibat mencairnya es di permukaan tanah.
    o    Vegetasinya jenis lumut-lumutan dan semak-semak.
    o    Wilayahnya meliputi: Amerika utara, pulau-pulau di utara Kanada, pantai selatan Greenland, dan pantai utara Siberia.
    Ciri – ciri iklim es adalah sebagai berikut :
    o    Suhu terus-menerus rendah sekali sehingga terdapat salju abadi.
    o    Wilayahnya meliputi: kutub utara, yaitu Greenland (tanah hijau) dan Antartika di kutub selatan.

    B. Iklim Fisis
             Iklim fisis adalah berdasarkan fakta sesungguhnya di suatu wilayah muka bumi sebagai hasil pengaruh lingkungan alam yang terdapat di wilayah tersebut. Misalnya, pengaruh lautan, daratan yang luas, relief muka bumi, angin, dan curah hujan.
    Iklim fisis terdiri dari :
    1.      Iklim laut (Maritim)
    Iklim laut berada di daerah tropis dan subtropis; dan daerah sedang. Keadaan iklim kedua daerah berbeda. Ciri iklim laut di daerah tropis dan sub tropis sampai garis lintang 40°, adalah sebagai berikut:
    o    Suhu rata-rata tahunan rendah
    o    Amplitudo suhu harian rendah/kecil
    o    Banyak awan
    o    Sering hujan lebat disertai badai.
    Ciri-ciri iklim laut di daerah sedang, yaitu sebagai berikut:
    o    Amplitudo suhu harian dan tahunan kecil
    o    Banyak awan
    o    Banyak hujan di musim dingin dan umumnya hujan rintik-rintik
    o    Pergantian antara musim panas dan dingin terjadi tidak mendadak dan tiba-tiba.
    2.      Iklim Darat (Kontinen)
    Iklim darat dibedakan di daerah tropis dan sub tropis, dan di daerah sedang. Ciri-ciri iklim darat di daerah tropis dan sub tropis sampai lintang 40º , yaitu sebagai berikut :
    o    Amplitudo suhu harian sangat besar sedang tahunannya kecil
    o    Curah hujan sedikit dengan waktu hujan sebentar disertai taufan. 
    Ciri iklim darat di daerah sedang, yaitu sebagai berikut:
    o    Amplitudo suhu tahunan besar
    o    Suhu rata-rata pada musim panas cukup tinggi dan pada musim dingin rendah
    o    Curah hujan sangat sedikit dan jatuh pada musim panas.
    3.      Iklim Dataran Tinggi
    Iklim ini terdapat di dataran tinggi dengan ciri-ciri, adalah sebagai berikut:
    o    Amplitudo suhu harian dan tahunan besar
    o    Udara kering
    o    Lengas (kelembaban udara) nisbi sangat rendah
    o    Jarang turun hujan.
    4.      Iklim Gunung
    Iklim gunung terdapat di dataran tinggi, seperti di Tibet dan Dekan. Ciri-cirinya, yaitu sebagai berikut:
    o    Amplitudo suhu lebih kecil dibandingkan iklim dataran tinggi
    o    Terdapat di daerah sedang
    o    Amplitudo suhu harian dan tahunan kecil
    o    Hujan banyak jatuh di lereng bagian depan dan sedikit di daerah bayangan hujan
    o    Kadang banyak turun salju
    5.      Iklim Musim (Muson)
    Iklim ini terdapat di daerah yang dilalui iklim musim yang berganti setiap setengah tahun. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
    o    Setengah tahun bertiup angin laut yang basah dan menimbulkan hujan
    o    Setengah tahun berikutnya bertiup angin barat yang kering dan akan menimbulkan musim kemarau.
    C.Iklim Junghuhn
             F. Junghuhn seorang berkebangsaan Belanda mengadakan penelitian di Sumatra Selatan dan Dataran Tinggi Bandung. Berdasarkan hasil penelitiannya F. Junghuhn membagi iklim di Indonesia berdasarkan ketinggian tempat.
    Empat daerah iklim menurut F. Junghuhn adalah sebagai berikut.
    1.      Zona Iklim Panas
    Zona iklim panas terletak pada daerah dengan ketinggian antara 0 – 650
    meter dan temperatur antara 26,3 °C – 22 °C.
    2.       Zona Iklim Sedang
    Zona iklim sedang terletak pada daerah dengan ketinggian antara 650 – 1500
    meter dan temperatur antara 22 °C – 17,1 °C.
    3.      Zona Iklim Sejuk
    Zona iklim sejuk terletak pada daerah dengan ketinggian antara 1500 – 2500
    meter dan temperatur antara 17,1 °C – 11,1 °C.
    4.       Zona Iklim Dingin
    Zona iklim dingin terletak pada daerah dengan ketinggian di atas 2500  meter dan temperatur kurang dari 11,1 °C.
    D.Iklim Koppen
             Pada tahun 1918 Dr Wladimir Koppen (ahli ilmu iklim dari Jerman) membuat klasifikasi iklim seluruh dunia berdasarkan suhu dan kelembaban udara. Kedua unsur iklim tersebut sangat besar pengaruhnya terhadap permukaan bumi dan kehidupan di atasnya. Berdasarkan ketentuan itu Koppen membagi iklim dalam lima daerah iklim pokok. Masing-masing daerah iklim diberi simbol A, B, C, D, dan E.
    1.      Iklim A atau iklim tropis. Cirinya adalah sebagai berikut:
    ·         suhu rata-rata bulanan tidak kurang dari 18°C,
    ·         suhu rata-rata tahunan 20°C-25°C,
    ·         curah hujan rata-rata lebih dari 70 cm/tahun, dan
    ·         tumbuhan yang tumbuh beraneka ragam.
    2.      Iklim B atau iklim gurun tropis atau iklim kering, dengan ciri sebagai berikut:
    ·         Terdapat di daerah gurun dan daerah semiarid (steppa);
    ·         Curah hujan terendah kurang dari 25,4/tahun, dan penguapan besar;
    3.      Iklim C atau iklim sedang.
    Ciri-cirinya adalah suhu rata-rata bulan terdingin antara 18° sampai -3°C.
    4.      Iklim D atau iklim salju atau microthermal.
    Ciri-cirinya adalah sebagai berikut: Rata-rata bulan terpanas lebih dari 10°C, sedangkan suhu rata-rata bulan terdingin kurang dari – 3°C.
    5.      Iklim E atau iklim kutub .
    Cirinya yaitu terdapat di daerah Artik dan Antartika, suhu tidak pernah lebih dari 10°C, sedangkan suhu rata-rata bulan terdingin kurang dari – 3°C.
             Dari kelima daerah iklim tersebut sebagai variasinya diperinci lagi menjadi beberapa macam iklim, yaitu:
    1.      Daerah iklim A, terbagi menjadi empat macam iklim, yaitu sebagai berikut:
    1)      Af = Iklim panas hujan tropis.
    2)      As = Iklim savana dengan musim panas kering.
    3)      Aw = Iklim savana dengan musim dingin kering.
    4)      Am = Iklim antaranya, musim kering hanya sebentar.
    2.      Daerah iklim B, terbagi menjadi dua macam iklim, yaitu:
    1)      Bs = Iklim steppa, merupakan peralihan dari iklim gurun (BW) dan iklim lembab dari iklim A, C, dan D.
    2)       BW = Iklim gurun.
    3)       Daerah iklim C, terbagi menjadi tiga macam iklim, yaitu:
    Ø  Cs = Iklim sedang (laut) dengan musim panas yang kering atau iklim lembab agak panas kering.
    Ø  Cw = Iklim sedang (laut) dengan musim dingin yang kering atau iklim lembab dan sejuk.
    Ø  Cf = Iklim sedang (darat) dengan hujan pada semua bulan.
    Ø   Daerah iklim D, terbagi dua macam iklim, yaitu:
    a)      Dw = Iklim sedang (darat) dengan musim dingin yang kering.
    b)     Df = Iklim sedang (darat) dengan musim dingin yang lembab.
    c)      Daerah iklim E, terbagi menjadi 2 macam iklim, yaitu:
    Ø  ET = Iklim tundra, temperatur bulan terpanas antara 0( sampai 10(C.
    Ø   Ef = Iklim salju , iklim dimana terdapat es abadi.

             Perlu Anda ketahui bahwa menurut Koppen di Indonesia terdapat tipe-tipe iklim Af, Aw, Am, C, dan D yaitu:
    v  Af dan Am = terdapat di daerah Indonesia bagian barat, tengah, dan utara, seperti Jawa Barat, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi Utara.
    v  Aw = terdapat di Indonesia yang letaknya dekat dengan benua Australia seperti daerah-daerah di Nusa Tenggara, Kepulauan Aru, dan Irian Jaya pantai selatan.
    v  C = terdapat di hutan-hutan daerah pegunungan.
    v  D = terdapat di pegunungan salju Irian Jaya.
    E. Iklim Thornthwaite
             C.W.Thornthwaite (1993) membuat klasifikasi iklim berdasarkan pada curah hujan yang sangat penting untuk tanaman,sehingga selain jumlah curah hujan yang dipakai oleh  tanaman akan lebih kecil dari pada penguapannya kecil,pada jumlah curah hujan yang sama. Thornthwaite menghitung ratio keefektifan curah hujan (precipatation effectiveness) atau ratio P-E sebagai jumlah curah hujan (P=presipitasi) bulanan dibagi dengan jumlah penguapan (E=evaporasi) bulanan,yaitu ratio P-E=P/E jumlah 12 bulan ratio P-E disebutkan indeks P/E.
             Masing-masing golongan kelembapan dan golongan suhu di komfermasikan dengan penyebaran curah hujan musiman.penyebaran curah hujan musiman dibedakan:
                r = curah hujan banyak pada setiap musim.
                s = defisit curah hujan pada musim panas
                w = defisit curah hujan pada musim dingin
                d = defisit curah hujan pada setiap musim
    F. Iklim Mohr  
             Berdasarkan penelitian tanah,Mohr membagi tiga derajat kembapan dari bulan-bulan sepajang tahun yaitu.
    a.       Jika curah hujan dalam 1 bulan lebih dari 100mm,maka bulan ini dinamakan
    bulan basa;jumlah curah hujan ini melampaui penguapan.
        G.Iklim schimdt dan ferguson
             Sistem klasifikasi iklim ini banyak digunakan dalam bidang kehutanan dan perkebunan serta sudah sangat dikenal di Indonesia. Kriteria yang digunakan adalah dengan penentuan nilai Q, yaitu perbandingan antara bulan kering (BK) dan bulan basah (BB) dikalikan 10% (Q = BK / BB x 100%).
             Klasifikasi ini merupakan modifikasi atau perbaikan dari sistem klasifikasi Mohr (Mohr menentukan berdasarkan nilai rata-rata curah hujan bulanan selama periode pengamatan). BB dan BK pada klasifikasi Schmidt-Ferguson ditentukan tahun demi tahun selama periode pengamatan yang kemudian dijumlahkan dan dihitung rata-ratanya.
    Kriteria bulan basah dan bulan kering (sesuai dengan kriteria Mohr) adalah :
    1)      Bulan Basah (BB)  Bulan dengan curah hujan > 100 mm
    2)      Bulan Lembab (BL)  Bulan dengan curah hujan antara 60 – 100 mm
    3)      Bulan Kering (BK)  Bulan dengan curah hujan < 60 mm
             Klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson ditentukan dari nilai Q yang dikelompokkan menjadi 8 tipe iklim, yaitu : 
    Tabel 3. Klasifikasi Schmidt-Ferguson
    Tipe Iklim
    Nilai Q (%)
    Keadaan Iklim dan Vegetasi
    A
    < 14,3
    Daerah sangat basah, hutan hujan tropika
    B
    14,3 – 33,3
    Daerah basah, hutan hujan tropika
    C
    33,3 – 60,0
    Daerah agak basah, hutan rimba, daun gugur pada musim kemarau
    D
    60,0 – 100,0
    Daerah sedang, hutan musim
    E
    100,0 – 167,0
    Daerah agak kering, hutan sabana
    F
    167,0 – 300,0
    Daerah kering, hutan sabana
    G
    300,0 – 700,0
    Daerah sangat kering, padang ilalang
    H
    > 700,0
    Daerah ekstrim kering, padang ilalang
    H.Iklim oldeman
             Klasifikasi iklim Oldeman tergolong klasifikasi yang baru di Indonesia dan pada beberapa hal masih mengundang diskusi mengenai batasan atau kriteria yang digunakan. Namun demikian untuk keperluan praktis klasifikasi ini cukup berguna terutama dalam klasifikasi lahan pertanian tanaman pangan di Indonesia.
             Klasifikasi iklim ini diarahkan kepada tanaman pangan seperti padi dan palawija. Dibandingkan dengan metode lain, metode ini sudah lebih maju karena sekaligus memperhitungkan unsur cuaca lain seperti radiasi matahari dikaitkan dengan kebutuhan air tanaman.
     
             Oldeman membuat sistem baru dalam klasifikasi iklim yang dihubungkan dengan pertanian menggunakan unsur iklim hujan. Ia membuat dan menggolongkan tipe-tipe iklim di Indonesia berdasarkan pada kriteria bulan-bulan basah dan bulan-bulan kering secara berturut-turut. Kriteria dalam klasifikasi iklim didasarkan pada perhitungan bulan basah (BB), bulan lembab (BL) dan bulan kering (BK) dengan batasan memperhatikan peluang hujan, hujan efektif dan kebutuhan air pada tanaman 
    Konsepnya adalah:
    1. Padi sawah membutuhkan air rata-rata per bulan 145 mm dalam musim hujan.
    2. Palawija membutuhkan air rata-rata per bulan 50 mm dalam musim kemarau.
    3. Hujan bulanan yang diharapkan mempunyai peluang kejadian 75% sama dengan 0,82 kali hujan rata-rata bulanan dikurangi 30.
    4. Hujan efektif untuk sawah adalah 100%.
    5. Hujan efektif untuk palawija dengan tajuk tanaman tertutup rapat adalah 75%.
             Dapat dihitung hujan bulanan yang diperlukan untuk padi atau palawija (X) dengan menggunakan data jangka panjang yaitu:
    Padi sawah:
    145 = 1,0 (0,82 X -30)
    X = 213 mm/bulan
    Palawija:
    50 = 0,75 (0,82 X - 30)
    X = 118 mm/ bulan.
    213 dan 118 dibulatkan menjadi 200 dan 100 mm/bulan yang digunakan sebagai batas penentuan bulan basah dan kering.
    Bulan Basah (BB) : Bulan dengan rata-rata curah hujan lebih dari 200 mm
    Bulan Lembab (BL) : Bulan dengan rata-rata curah hujan 100-200 mm
    Bulan Kering (BK) : Bulan dengan rata-rata curah hujan kurang dari 100 mm
     Selanjutnya dalam penentuan klasifikasi iklim Oldeman menggunakan ketentuan panjang periode bulan basah dan bulan kering berturut-turut.
             Tipe utama klasifikasi Oldeman dibagi menjadi 5 tipe yang didasarkan pada jumlah pada jumlah bulan basah berturut-turut. Sedangkan sub divisinya dibagi menjadi 4 yang didasarkan pada jumlah bulan kering berturut-turut.
    Oldeman membagi tipe iklim menjadi 5 katagori yaitu A, B, C, D dan E.
    Tipe A : Bulan-bulan basah secara berturut-turut lebih dari 9 bulan.
    Tipe B : Bulan-bulan basah secara berturut-turut antara 7 sampai 9 bulan.
    Tipe C : Bulan-bulan basah secara berturut-turut antara 5 sampai 6 bulan.
    Tipe D : Bulan-bulan basah secara berturut-turut antara 3 sampai 4 bulan.
    Tipe E : Bulan-bulan basah secara berturut-turut kurang dari 3 bulan
     PENGARUH IKLIM TERHADAP KEHIDUPAN
    A.Pengaruh Iklim Dan Cuaca Terhadap kehidupan Manusia
             Klimatologi adalah bagian kecil dari Meteorologi. Dalam mempelajari klimatologi terlebih dahulu perlu diketahui definisi dari cuaca dan iklim. Cuaca adalah keadaan atmosfera di suatu tempat dan waktu tertentu. Jadi pada tempat dan waktu yang berbeda cuaca akan berbeda pula. Adapun iklim adalah jalannya keadaan cuaca atau keseluruhan dari gejala-gejala cuaca di daerah tertentu dalam periode yang lama.
             Iklim di suatu tempat ditentukan oleh sejumlah unsur iklim seperti suhu, lengas udara, curah hujan, kecepatan angin, lama penyinaran matahari, dsb. Sebenarnya beberapa unsur iklim tersebut merupakan interaksi antara sejumlah faktor iklim yaitu penyebab-penyebab yang menentukan corak iklim, seperti letak lintang, arah angin, relief, tipe tanah, dan vegetasi.
             Pengaruh iklim terhadap kehidupan sangat besar, namun demikian ini tidak berarti antara iklim dan kehidupan selalu ada kaitan “sebab-akibat”. Manusia tidak bisa merubah iklim, yang bisa dilakukan manusia hanyalah mempengaruhi pengaruh iklim itu. Misalnya dengan menciptakan rumah kaca, membuat hujan buatan, dll.
    Ada tiga wujud pengaruh iklim terhadap kehidupan :
    1. Pengaruh apabila suhu tetap, tetapi jumlah hujan berubah
    2. Pengaruh apabila suhu berubah dan jumlah hujan memadai
    3. Pengaruh iklim dalam waktu atau musim
             Pengaruh iklim tersebut tanpa disadari bisa membawa anomali iklim maupun bencana mikro bagi kehidupan. Pada musim pancaroba, arah angin di Kepulauan Indonesia tidak jelas dan tidak ada daerah yang perbedaan tekanan udaranya jelas. Oleh karena itu arah angin senantiasa berubah. Selain itu karena perbedaan pemanasan setempat, tidak jarang angin itu bergerak “berputar” seperti halnya gerakan angin “siklon” atau lebih akrab dikenal dengan istilah angin “puting beliung” atau angin “puyuh”.
             Kejadian angin puting beliung atau angin puyuh pada musim pancaroba dapat sedikit diterangkan sebagai berikut :
    Pada saat dimana suhu di belahan bumi di sebelah utara seimbang dengan suhu di belahan bumi selatan, tekanan udara diatasnya pun tidak akan jauh berbeda. Kejadian tersebut akan terjadi dua kali selama setahun. Musim-musim itulah yang disebut dengan musim pancaroba di Indonesia. Musim pancaroba ini berlangsung kira-kira pada bulan Maret-April dan Oktober-November.
    A.    Pengaruh iklim terhadap tubuh manusia
    Iklim sangat berpengaruh terhadap tubuh manusia antara lain sebagai berikut:
    a.       Suhu yang dingin membuat manusia menggigil kedinginan dan mempertebal pakaiannya ataupun selimutnya, makan makanan yang bereaksi memanaskan tubuh contoh kopi panas
    b.      Mental dan emosi manusia dapat dipengaruhi oleh keadaan cuaca dan iklim.
    Contoh pada suhu yang panas lebih cepat marah.
    c.       Suhu ektrim dingin dapat menyebabkan gangguan pernafasan
    d.      Suhu ektrim panas dapat menyebakan dehidrasi.
              
    B.     Indeks ketidaknyamanan hidup
             Adanya keseimbangan itu membuat gerakan angin baik kekuatannya maupun arahnya menjadi tidak menentu. Karena suhu antara kedua belahan bumi berimbang, tekanan udaranya pun berimbang dan hampir tidak ada perbedaannya. Satu-satunya arah yang ada bagi gerakan angin itu adalah “ke atas”, maka musim pancaroba itu ditandai juga dengan banyaknya kejadian “angin berputar” sebagai akibat dari perbedaan tekanan udara setempat.
             Berikut di atas adalah sedikit penjelasan mengenai iklim dan pengaruhnya terhadap kehidupan, dan sebagai contoh kasus dewasa ini ialah perubahan musim yang begitu mencolok dan Fungsi utama dari arsitektur adalah harus mampu menciptakan lingkungan hidup yang lebih baik dengan cara menanggulangi tekanan iklim yang ada. "Stress" yang terjadi harus sesedikit mungkin. Suatu sistem guna mencapai kondisi keseimbangan antara iklim dan arsitektur sulit sekali untuk diketengahkan, sebab dalam hal ini banyak sekali cabang ilmu yang tersangkut.
             Usaha untuk menyeimbangkan antara iklim dan arsitektur, dilakukan dengan memanfaatkan unsur-unsur iklim yang ada, seperti angin, suhu udara, dan lain-lain, sehingga akhirnya manusia dapat memperoleh kenyamanan yang diharapkan.
    Kenyamanan dapat dikategorikan dalam tiga bentuk, yaitu:
    1.      Kenyamanan thermal
    2.      Kenyamanan visual
    3.      Kenyamanan Audivisual.
    C.     Aklimatisasi
             Aklimatisasi adalah proses saat manusia (dan hewan ) dapat menyesuaikan diri terhadap koonndisi iklim yang tidak akrab.masalah utama dalam penyesuaian terhadap iklim baru seringkali tidak ada kaitannya dengan iklim tetapi muncul keriduan,kebosana,kejemuhan ,atau ketidak-cocokan social.Dalam arti yang sempit,maka aklimitasasi menenjukkan perubahan dalam tubuh manusia akibat perubahan iklim(Tjasjono,B,:1992:212)
             Pada daerah pegunungan penyesuaian diri dilakukan terhadap suhu dan tekanan udara yang rendah.suhu yang dingin menyebabkan manusia tidak mampu bertahan tanpa menggunakan selimut ataupun pakaian penghangat tubuh.

    Sumber : http://art-mustaqim.blogspot.com/2012/12/klasifikasi-iklim-berdasarkan-para-tokoh.html